Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Klungkung Dr. I Wayan Sudiarsa, S.Pd, M.Si, mengusung topik bertajuk “Kiwa Tengen” (Kiat Waspada Tantangan Serangan Siber Klungkung). Topik ini dipaparkan dalam Seminar Rancangan Proyek Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Aangkatan XVII yang digelar di Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia Provinsi Bali, Kamis (21/8/2025). Turut hadir dalam seminar rancangan ini Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Klungkung Luh Ketut Ari Citrawati, S.Sos, MM selaku Mentor, Dr. Ni Made Suciani, M.Pd selaku coach dan Dr. Drs. I Made Rentin, Ap,,M.Si sebagai penguji.
Dalam paparannya Sudiarsa menjelaskan bahwa transformasi digital membawa peluang besar dalam pelayanan publik, ekonomi, dan tata kelola pemerintahan. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada teknologi informasi juga meningkatkan risiko serangan siber yang dapat mengancam keamanan data, privasi masyarakat, serta keberlangsungan layanan publik. Hal ini didukung laporan dan data hasil monitoring BSSN menunjukkan dalam kurun waktu enam tahun terakhir (Januari 2020 hingga Juli 2025) telah terjadi aktivitas anomali trafik nasional rata-rata 1,25 milyar per tahun. Untuk tahun 2024 saja terjadi 330 juta aktivitas anomali di mana 241 juta di antaranya merupakan insiden kebocoran data. Dari jumlah ini 183 juta insiden terjadi di sektor administrasi pemerintahan.
“Dari data BSSN dan kenyataan di lapangan, ribuan virus, spam, serta serangan phishing, malware, ransomware, dan DDoS menyerang jaringan milik Pemkab Klungkung melalui 253 IP address yang terdeteksi. Hal ini tentu sangat mempengaruhi layanan Pemkab yang dilaksanakan secara digital, bahkan beberapa aplikasi dan website terpaksa harus take down karena mengalami serangan siber. Melalui Kiwa Tengen, kami ingin membangun kesadaran kolektif, memperkuat kapasitas SDM, sekaligus memastikan Klungkung memiliki sistem mitigasi dan respons insiden siber yang adaptif dan terintegrasi,” ujar Sudiarsa.
Lebih lanjut Sudiarsa menjelaskan, nama Kiwa Tengen diambil dari filosofi Bali, kiwa dan tengen yang berarti “kiri-kanan”, simbol kewaspadaan dari segala arah sekaligus untuk mengingatkan para pengguna dan masyarakat bahwa di balik manfaat era digital yang luar biasa, juga terdapat ancaman serangan siber yang siap memporakporandakan jaringan yang tersedia dan menimbulkan kerugian yang besar. .
Proyek perubahan ini memuat sejumlah langkah strategis, antara lain analisis risiko dan pemetaan ancaman, penguatan kapasitas aparatur sipil negara (ASN), pengembangan sistem monitoring dan respons siber untuk mendukung CSIRT Klungkung, serta penyusunan regulasi daerah berupa Peraturan Bupati dan Standar Keamanan Siber Klungkung. Selain itu dalam proyek perubahan ini juga akan dibentuk Corporate University (Corpu) Siber Klungkung sebagai pusat pembelajaran berkelanjutan di bidang keamanan digital, serta menjalin kerja sama dengan BSSN, perguruan tinggi, komunitas IT, dan sektor swasta.
“Kiwa Tengen menjadi simbol komitmen Klungkung dalam menjaga kedaulatan digital daerah. Harapannya, program ini bisa menjadi model pengelolaan keamanan siber di tingkat lokal yang proaktif, terukur, dan berkelanjutan. Dengan implementasi proyek ini, diharapkan Klungkung memiliki lingkungan digital yang lebih aman dan tangguh. CSIRT Klungkung diperkuat sebagai garda terdepan dalam penanganan insiden siber, sementara masyarakat dan ASN memperoleh literasi lebih baik mengenai praktik aman berinternet (cyber hygiene).,” tegas Sudiarsa.
Menyikapi rancangan proyek perubahan ini, penguji bersama coach dan mentor memberi rekomendasi dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini.
“Kami mendukung penuh pelaksanaan proyek perubahan ini karena keamanan siber menjadi kebutuhan utama bagi Pemkab Klungkung saat ini mengingat Klungkung kerap mengalami serangan siber yang membutuhkan respons cepat dan strategi pencegahan yang matang.” papar Luh Ketut Ari Citrawati sebagai mentor.
Lebih lanjut Ari Citrawati berharap proyek perubahan ini dapat membangun ekosistem keamanan siber yang kuat, sekaligus meningkatkan kepercayaan publik terhadap tata kelola pemerintahan berbasis digital.
Sementara itu Dr. Ni Made Suciani, M.Pd selaku coach memberikan apresiasi yang tinggi atas keberanian dan ketajaman dalam merancang proyek perubahan “Kiwa Tengen” ini. Menurutnya, proyek ini lahir dari kepekaan terhadap fenomena nyata, yaitu meningkatnya ancaman serangan siber yang dapat mengganggu pelayanan publik di Kabupaten Klungkung.
“Sebagai coach, saya melihat rancangan ini mencerminkan kepemimpinan visioner, inovatif, sekaligus adaptif dalam menjawab tantangan nyata yang dihadapi daerah”, ujjar Suciani.
Suciani lebih lanjut mengungkapkan, implementasi proyek ini tentu membutuhkan konsistensi, kolaborasi lintas sektor, serta komitmen berkelanjutan agar Kiwa Tengen tidak berhenti sebatas rancangan, tetapi benar-benar terwujud menjadi ekosistem keamanan siber yang tangguh di Klungkung.
“Perlu dipastikan bahwa strategi penguatan SDM melalui Corporate University Siber berjalan efektif, regulasi daerah benar-benar operasional, serta kerja sama dengan BSSN, perguruan tinggi, dan sektor swasta dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, proyek ini dapat menjadi model pengelolaan keamanan siber di tingkat daerah yang bisa direplikasi di wilayah lain”, pungkas Suciani.